Konflik Basque atau juga yang dikenal sebagai Konflik Sepanyol–ETA. Konflik ini merupakan konflik modern yang terlama di Eropa Barat . Terkadang, konflik ini disebut sebagai "Perang terlama di Eropah" adalah konflik politik dan senjata dari tahun 1959 sampai dengan tahun 2011 . Konflik yang berlaku antara Sepanyol dan Gerakan Pembebasan Nasional Basque iaitu merupakan sebuah organisasi sosial dan politik Basque yang ingin memerdekakan Basque dari Sepanyol dan Perancis. Gerakan ini telah diwujudkan di sekitar organisasi separatis ETA yang telah meluncurkan serangkaian serangan terhadap pemerintah Sepanyol sejak tahun 1959.
Akibat konflik ini, rakyat Basque terbelah menjadi dua, masyarakat pedesaan mendukung kelompok konservatif, sedangkan masyarakat perkotaan mendukung kaum liberal Sepanyol. Perang Carlsit I dan Perang Carlist II pada tahun 1870 telah memecah belah rakyat Basque. Sepanyol menuding rakyat Basque bersekongkol dan membantu pemberontak Carlist untuk menggulingkan pemerintahan Republik. Dampaknya, Pemerintah Republik I Sepanyol mencabut hak otonomi fuerros di tiga wilayah Basque, Biscaya, Gipuzkoa dan Araba.
Pemerintah Republik Spanyol I tetap mempertahankan sistem fuerros di Navarra. Pada tahun 1932, Pemerintahan Republik II Sepanyol menawarkan wilayah Basque membentuk satu provinsi dan akan mengembalikan hak istimewa fuerros, namun wilayah Navara menolak bergabung dan memilih membentuk provinsi sendiri. Pada tahun 1936, kudeta militer pecah di Spanyol oleh Jenderal Fransisco Franco. Perang yang berlangsung dari 17 Juli 1936 hingga 1 April 1939, adalah konflik antara kaum Nasionalis yang dipimpin oleh Jenderal Francisco Franco yang mengalahkan kaum Loyalis yang dipimpin oleh Presiden Manuel Azaña dari Republik Spanyol Kedua. Kaum Loyalis mendapatkan senjata dan relawan dari Uni Soviet dan gerakan Komunis internasional, sementara kaum Nasionalis (atau Francois) didukung oleh negara-negara Fasis, termasuk Italia dan Jerman. Kaum Republikan terdiri atas kaum sentris (tengah) yang mendukung demokrasi liberal kapitalis hingga komunis dan kaum revolusioner anarkis.
Franco menganggap rakyat wilayah Basquesebagai pengkhianat negara dan dijadikan alasan untuk Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, melancarkan serangan masif kedua tempat suci di wilayah Basque, Durango dan Guernika dengan bantuan Legiun Condor Jerman. Pada masa pemerintahannya, Franco mengeksekusi lebih dari 21.780 etnis Basque atas tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Wilayah Basque mengalami kesulitan ekonomi dan kelaparan akibat tindakan represif Franco. Franco melarang segala macam atribut, bahasa, dan identitas etnis Basque, bahkan pemberian nama Basque terhadap anak pun dilarang.
Sementara perang itu berlangsung hanya sekitar tiga tahun, situasi politiknya sudah penuh dengan kekerasan selama beberapa tahun sebelumnya. Jumlah korbannya dipertikaikan. Perkiraan umum menyebutkan antara 300.000 hingga 1 juta orang terbunuh. Banyak di antara para korban ini disebabkan oleh pembunuhan-pembunuhan massal yang dilakukan kedua belah pihak. Perang ini dimulai dengan pemberontakan militer di seluruh Spanyol dan koloni-koloninya, yang diikuti oleh pembalasan kaum Republikan terhadap Gereja, yang dipandang kaum Republikan radikal sebagai lembaga yang menindas yang mendukung orde lama.
Terjadi pembantaian terhadap rohaniwan-rohaniwati Katolik dan gereja-gereja. Biara-biara dibakar. Dua belas uskup, 283 biarawati, 2.365 biarawan dan 4.184 imam Katolik dibunuh. Bekas pemilik tanah dan kaum industrialis juga diserang. Selama dan menjelang pecahnya perang, kaum Nasionalis melaksanakan program pembunuhan massal terhadap lawan-lawan mereka. Dilakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah, dan orang-orang yang tidak disukai sering kali dipenjarakan atau dibunuh. Para aktivis serikat buruh, yang dikenal sebagai simpatisan kaum Republikan dan yang sering mengkritik rezim Franco merupakan orang-orang pertama yang diincar. Kaum Nasionalis juga melakukan pengeboman udara terhadap wilayah-wilayah sipil dengan bantuan angkatan udara Jerman dan Italia. Kebrutalan biasa dilakukan oleh semua pihak.
Dampak perang ini sangat hebat: Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk memulihkan kembali ekonomi Sepanyol. Dampak politik dan emosional dari perang ini terus dirasakan jauh melampaui batas-batas negara Spanyol dan menyulut semangat kaum komunitas intelektual dan politik internasional, yang hingga kini masih ditemukan dalam politik Sepanyol.
Para simpatisan Republikan menyatakannya sebagai perjuangan antara "tirani dan demokrasi", atau "fasisme dan kebebasan", dan banyak pembaharu muda dan kaum revolusioner yang mempunyai komitmen tinggi bergabung dengan Brigade Internasional, yang merasa bahwa menyelamatkan Republik Sepanyol berada di garis depan peperangan melawan fasisme. Namun para pendukung Franco, khususnya anggota-anggota muda dari korps perwira, memandanganya sebagai pertempuran antara gerombolan merah komunisme dan anarkisme di satu pihak melawan "peradaban Kristen" di pihak lain.
Meskipun perdebatan tentang kemerdekaan Basque kemerdekaan telah ada sejak abad ke-19, konflik bersenjata baru ada ketika ETA didirikan. Sejak saat itu, konflik ini mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 orang, termasuk polisi dan satuan keamanan, angkatan bersenjata, politikus Sepanyol, wartawan dan warga sipil, dan beberapa anggota ETA. Sedangkan ribuan orang terluka, puluhan diculik dan yang sejumlah warga mengasingkan diri baik untuk melarikan diri atau untuk menghindari penangkapan oleh polisi Sepanyol atau Perancis atau oleh Europol / Interpol.
Pada 20 Oktober 2011, ETA mengumumkan "gencatan senjata permanen". Perdana Menteri Sepanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero menyebut langkah itu sebagai "kemenangan bagi demokrasi dan hukum".
Comments